Selasa, 28 Februari 2017

Pemaknaan Pendidikan Kewarganegaraan

Civic Education, Citizenship Education, Dan Demokrasi

















 

PEMAKNAAN KEWARGANEGARAAN DARI TEORI KLASIK DAN KONTEMPORER



          Kewarganegaraan  dalam tradisi budaya barat diawali sejak zaman yunani kuno dan romawi . kemudian merambah ke Negara Amerika serikat dalam teori klasik yang dijelaskan oleh Alexis de Tocquiville ( 1805 – 1859 ) Makna dari "kewarganegaraan," merupakan sebuah konsep yang telah menginformasikan pemahaman bangsa melalui praktek mengajar sejak pertama  sekolah dilembagakan atau dengan istilah kata sejak sekolah menjadi sebuah lembaga pendidikan. Artikel ini menyajikan konsep kerangka berfikir untuk wacana yang  membangun makna kewarganegaraan dalam budaya kontemporer Barat, khususnya Amerika Serikat. Dengan menggunakan analisis wacana, penulis meneliti teks-teks yang berkaitan dengan kewarganegaraan dan citizenship education  dari 1990 sampai 2003. Dan kemudian mengidentifikasi tujuh kerangka berfikir yang  berbeda. mengenai makna kewarganegaraan. ‘’The sipil republikan" dan "liberal"  sebuah kerangka kerja yang paling berpengaruh dalam membentuk pendidikan kewarganegaraan  saat ini.  Orang – orang    yang paling aktif menentang praktek tentang kewarganegaraan .di arena kehidupan politik  transnasional dan kritis. Sebuah wacana yang belum berpengaruh secara signifikan menantang wacana dominan, mengenenai   pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Artikel ini mempertanyakan pendapat  yang dituangkan dalam  kehidupan  demokrasi Barat yang dipromosikan oleh wacana dominan tentang pendidikan  kewarganegaraan di kurikulum K-12 sekolah.

Apa artinya menjadi  warga negara ? Istilah  dari sebuah pertanyaan yang memiliki arti   kompleks dan berkembang. Kita mulai dengan definisi yang sederhana namun komprehensif. Kewarganegaraan disajikan dalam beberapa  bentuk contohnya :
 a.  memberikan status keanggotaan untuk individu dalam unit politik
 b.  menganugerahkan identitas pada individu
 c.   merupakan seperangkat nilai-nilai, dan biasanya ditafsirkan sebagai komitmen     untuk      kebaikan bersama dan kelompok  politik tertentu
d.   melibatkan ahli dalam peningkatan partisipasi dalam proses kehidupan politik dan  menggunakan pengetahuan dan pemahaman tentang hukum. Sistem proses dan tata kelola  (Enslin, 2000).

Diderot dan d'Alembert pada tahun 1753 mendefinisikan Seorang warga negara adalah anggota dari komunitas politik yang menikmati hak-hak dan mengasumsikan tugas keanggotaannya. Definisi  ini berkenaan dengan variasi - variasi kecil, dalam karya-karya penulis kontemporer serta dalam entri "citoyen". Hal yang demikian itu juga menyebabkan adanya Perbedaan yang terjadi pada  diskusi abad ke-18 dan perdebatan kontemporer yang signifikan. Yang membahas  hubungan antara konsep 'warga' dan 'subjek. seperti pendapat Hobbes yang menentang  teori kontemporer dan sangat mendukung    Aristoteles , hobbes berpendapat bahwa pengertian tersebut dianggap kurang sentral.            perdebatan  yang luas mengharuskan masing – masing  teori untuk memeriksa kembali konsep – konsep  pertama,yang harus sejalan dengan  kebutuhan untuk mengakui keragaman internal demokrasi, yang ditimbulkan oleh globalisasi di wilayah, negara berdaulat.

Kewarganegaraan, sejatinya secara teoritis memberikan hal – hal   terhadap anggotanya diantaranya ialah :  idientitas keanggotaan , nila- nilai , dan hak partisipasi dalam mengasumsikan  pengetahuan politik.            
D
idalam teori klasik Pembahasan yang terfokus terhadap pengertian tentang "Kewarganegaraan dan Kelas Sosial" (195.011.998). Inggris Sosiologi
 T. H.   Marshall .Yang mengartikan  pemahaman tentang pengertian kewarganegaraan dalam masyarakat lebih dari tiga abad. Warganegara atau individu memiliki hak untuk berbicara, beriman, yang kemudian lembaga Negara muncul sebagai kekuatan di Inggris pada abad ke-18. ketika sistem politik negara  kapitalis  melakukan perlindungan hak milik, persamaan di depan hukum, dan kebebasan sipil (Katz, 2001). politik kewarganegaraan merupakan suatu hak untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kekuasaan politik, sebagai bagian yang diinvestasikan dengan otoritas politik atau sebagai pemilih.   sebagi  anggota warganegara dan masyarakat yang memiliki peran didalamnya,  seperti yang dikembangkan di abad 19,  ketika kelompok masyarakat  dibedakan, yaitu pengusaha sebagai kelas menengah dan pekerja sebagai kelas bawah. (Marshall, 1994)


Top of Form
Knigh Abowitz & Harnixh

       kewarganegaraan dalam pemahaman sosial muncul pertama kali  pada abad ke-20 yang  mencakup berbagai hak. Mulai dari hak kesejahteraan ekonomi dengan jumlah sedikit dan keamanan untuk  jumlah banyak,untuk berbagi dengan penuh integrasi  sosial dan menjalani kehidupan sebagai makhluk yang berkepribadian sesuai dengan standar yang berlaku di masyarakat.
 (Marshall. P. 94).Dalam notcs Katz. "Kewarganegaraan sosial mengambil bentuk sebagai negara kesejahteraan  ( halaman. 344).  dengan tiga kategori kewarganegaraan,sipil, politik, dan sosial.  baik kompleksitas maupun  sifat dinamis dari makna kewarganegaraan.
yang kemudian terjadi perubahan politik setelah setengah abad lamanya dan kemudian jatuhnya komunisme, munculnya gerakan-gerakan populis yang memperluas hak-hak sosial bagi kelompok tertindas, pembentukan Uni Eropa. proliferasi aliansi transnasional, pertumbuhan multi perusahaan national, dan globalisasi ekonomi telah menyababkan perdebatan dan pemahaman poin-poiin  yang lebih mendalam dalam pencarian arti tentang kewarganegaraan yang sebenarnya, demokrasi dan sekolah (Kymlicka & Norman, 1994).

Kemudian muncul  Pertanyaan tentang apa itu  warga negara yang baik dan pendidikan kewarganegaraan yang tepat, juga telah dipicu oleh krisis secara luas dirasakan dalam kehidupan kewarganegaraan  dan berdemokrasi di Amerika. Yang kemudian Tumbuh ketidak percayaan dalam pemerintahan dan lembaga-lembaga penting lainnya, berkurangnya  kepercayaan sesama warganegara , mengikis kepentingan di dalam kehidupan masyarakat urusan – urusan  publik, penurunan tingkat semua suara telah didokumentasikan oleh para ilmuwan sosial di beberapa dekade terakhir (Gaiston. 2003). Kami terus menyaksikan pergeseran  arti kewarganegaraan dalam waktu ini. Peristiwa September II 2001, diskusi tentang Citizenship dan pendidikan kewarganegaraan. Ironinya dari perdebatan  saat itu   justru terlihat   meningkatnya rasa  nasionalisme  warga Amerika, setelah peristiwa perang dunia Il,  pertumbuhan kesadaran perspektif transnasional dan kosmopolitan  kewarganegaraan, yang telah meningkat sejak akhir Perang Dunia II. ekspresi nasionalis, dan ironisnya fenomena yang terjadi  justru dikombinasikan dengan  hubungan global  untuk individu lain dan bangsa lainnya, yang mana telah lebih intensif dan rumit  sehingga peran sekolah  membentuk warga negara yang demokratis menjadi lebih sulit.
Studi kami
ini bertujuan untuk memetakan beberapa wacana kewarganegaraan yang beredar di demokrasi Barat kontemporer, khususnya  Inggris. Melalui penelitian ini kami menggambarkan pola makna dari kontemporer, yang berkenaan dengan warganegara , dan mengungkapkan wacana yang  muncul dalam bentuk pendidikan kewarganegaraan di sekolah. akhirnya sebuah dominasi dilanjutkan dengan  wacana kewarganegaraan sipil republikalisme dan liberalisme di kurikulum K-l2 dan kebijakan teks.
Hal yang umum tentang dua wacana kewarganegaraan yang menonjol di sekolah memungkiri arah dinamis dan kompleks tentang makna kewarganegaraan yang baru-baru ini telah dikembangkan dan sering bertentangan dengan wacana dominan dalam hal ini kekuasaan sebelumnya. Gambaran dari praktek dan teori kewarganegaraan di ruang yang  kritis dan transnasional, analisis kami pada akhirnya memberikan kritik ringan dan sempit, pola pandangan hidup politik dalam demokrasi Barat yang dipromosikan oleh wacana - wacana dominan, dalam kewarganegaraan di kurikulum K-12 sekolah.

Studi dan Metode Ini bertujuan Untuk melihat lebih dekat tentang   gagasan bahwa kewarganegaraan bukanlah ide alami tapi konsep yang diciptakan sehinga menggeser perubahan ekonomi, politik, dan sosial. kita meneliti wacana yang membentuk makna kewarganegaraan. "Wacana" digunakan di sini dalam pengertian sebagai badan peraturan dan praktik yang mengatur makna di daerah tertentu. Sementara jumlah tinjauan yang baik dalam sastra kewarganegaraan yang tersedia untuk pendidik, tidak hanya  fokus tentang  kewarganegaraan sebagai praktik diskursif, pemahaman kewarganegaraan melalui kerangka diskursif dapat memberikan pendidikan nilai  (Foucaultian 1972)

Wacana kontemporer merupakan alat yang mampu untuk mengkritisi menganalisa arti yang bervariasi dan sering bersaing dalam agenda kepentingan yang membentuk teks pada kewarganegaraan. Peninjauan teori kontemporer lebih diterapkan teks yang berfokus pada kewarganegaraan atau pendidikan kewarganegaraan, mengidentifikasi melalui ulasan ini sejumlah wacana yang membentuk cara kita berbicara, berpikir, dan mengajarkan tentang kewarganegaraan. teks kewarganegaraan seperti semua teks-teks lain dibentuk oleh kepentingan politik dan visi tertentu demokrasi negara-bangsa harus menganalisis wacana yang memungkinkan kita untuk memahami bagaimana kepentingan tersebut mengungkapkan dan membentuk makna dari kehidupan sipil dan pendidikan citizenship.
Wacana tidak
hanya terdiri dari kata-kata dan pernyataan yang dipilih secara acak, setiap wacana adalah produk dari keadaan sejarah dan sosial yang menyediakan praktik- diskursif terminologi, nilai-nilai, gaya bahasa, kebiasaan, dan kebenaran-yang membangun  ( lihat Chcrryholmcs, 1988, hlm. 2-3    
Wacana adalah cara utama menghasikan ideologi. dan ideologi dikembangakan oleh sistem kepercayaan yang membantu orang lain untuk memahami dan bertindak di dunia. "Ideologi adalah kerangka berpikir dan perhitungan tentang dunia
'ide' yang digunakan orang untuk mencari tahu bagaimana dunia sosial bekerja, tempat mereka di dalamnya, dan apa yang harus mereka lakukan (Hall, 1986, p. 97)
secara khusus ditentukan jenis kegiatan pengetahuan dan pembelajaran yang merupakan  pendidikan kewarganegaraan dan kurikulum yang dimaksudkan untuk mengajar siswa. Sebuah analisis tekstual dilakukan pada karya-karya ini, dengan fokus khusus pada masing-masing aspek-aspek teks berikut:

a.  klaim dan bukti diteruskan oleh penulis
b.  pilihan retoris yang dibuat oleh penulis (kosakata, slogan, gaya)
c.   nilai-nilai moral dan politik yang dianjurkan oleh teks
d.   konteks mana atau di mana teks diproduksi.
Jadi kami menguji setiap teks dengan bertanya: Apa iklan penulis untuk mengungkapan yang digunakan untuk identitas keanggotaan, identitas politik, nilai-nilai, partisipasi, dan pengetahuan? Apa jenis  nilai-nilai pendidikan yang digunakan penulis ?
Setelah bekerja melalui analisis, kita identitas  pola bagaimana kewarganegaraan dikonseptualisasikan, pola yang bisa dilihat dari pergeseran bahasa yang digunakan untuk menggambarkan kewarganegaraan, perbedaan klaim tentang apa kewarganegaraan, dan perbedaan dalam nilai-nilai dikaitkan dengan kewarganegaraan. Sementara cita-cita yang berbeda lebih khusus dan jelas digambarkan dalam teks ilmiah yang kami pelajari, kami melihat mereka muncul dalam teks-teks dan Pola yang pada akhirnya menjadi diidentifikasi sebagai wacana kewarganegaraan yang berbeda. Tujuh wacana Citizenship muncul melalui penelitian yang  Kami tinjau yang pertama mendominasi wacana-sipil, republik dan liberal. Selanjutnya, kita membahas data THC yang kami kumpulkan  secara   kritis , karena mereka menantang wacana2  pilar  sipil republik dan liberal dalam masyarakat kita. Wacana kritis ditinjau di sini termasuk feminis, rekonstruksionis budaya tradisonal.  Dalam ulasan ini, kami menggambarkan karakteristik luas masing-masing bidang dan bagaimana setiap wacana diaktualisasikan atau dinyatakan dalam kurikulum sekolah. Kami menganalisis pergeseran makna kontemporer kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan di Amerika Serikat yang menyediakan pendidikan dengan panduan untuk orientasi  ideologi yang beragam membentuk pemikiran kita tentang kehidupan sipil dan partisipasi politik.

Kami menarik dua kesimpulan umum dari ulasan ini. Kami menemukan pergeseran Dominan dari gagasan kewarganegaraan kepada bidang kontemporer yang baru muncul. Wacana republik dan liberal sipil terus mendefinisikan dan kuat membentuk bagaimana masyarakat AS memahami kewarganegaraan dan cara-cara di mana lembaga-lembaga masyarakat, seperti sekolah, sehingga membentuk kewerganegaraan. Namun kami juga menemukan banyak tantangan kuat untuk gagasan-gagasan dominan kewarganegaraan dan kehidupan sipil, sosial, politik, dan ekonomi  Dalam seratus tahun terakhir, yang mana telah terinspirasi dalam bentuk-bentuk baru. cita-cita kewarganegaraan dalam bentuk cabang rekontruksi budaya feminisme.  wacana kewarganegaraan telah mengembangkan atau mempertahankan semangat sebagai akibat dari janji-janji yang tak terpenuhi dari wacana republik , liberal sipil  untuk betuk baru lembaga sipil, identitas keanggotaan. Wacana ini lebih penting juga harus disertai dengan cita-cita kuno kosmopolitanisme dan transnasionalisme, yang mengarah ke makna baru dan bentuk praktek pendidikan kewarganegaraan. sebuah wacana yang  signifikan di abad ke-20 merupakan tantangan  cara-cara berpikir. Namun, tantangannya jauh lebih kuat dalam buku ilmiah dalam kehidupan politik dari dalam teks utama kurikulum yang kami review.  
Review teorinya terfokus pada teori teks dan kurikulum. Fokus teks pada :
a.       Klaim dan bukti
b.      Pilihan teoritis pada kosa kata, slogan dan gaya bahasa
c.       Nilai –  nilai  moral dan politik
d.      Konsteks dimana teks diproduksi

Analisis teks kewarganegaraan melalui  pergeseran bahasa yang digunakan dalam mengambarkan kewarganegaraan, perbedaan klaim tentang kewarganegaraan, dan perbedaan dalam nilai – nilai kewarganegaraan. Wacana kewarganegaraan melalui wacana dominasi sipil republik dan liberal. Selanjutnya terjadi penetangan terhadap wacana sipil republik dan liberal karena ditinjau dari sisi feminisme, pembangunan budaya tradisional.
Wacana baru pada abad ke 20 merupakan tantatangan cara – cara berpikir dari aktifis, pemikir politik dan masyarakat.kritik dari fundamentalis terhadap makna kewarganegaraan dan bangsa, sehingga melahirkan pertanyaan dasar tentang identitas anggota (sebagai siapa dalam negara), hak milik, lokasi dan batas – batas negara. Sehingga sikap kritis dari aktifis, pemikir politik, dan masyarakat melahirkan demokrasi
Wacana kontemporel kewarganegaraan mendeteksi konflik antara cita – cita politik dan keyakinan moral dan agama. politik leberalisme juga fokus pada otoritas moral dan budaya keluarga dalam posisi yang benar dalam memahami keberagaman. Selain itu dalam wacana politik liberal membutuhkan identitas yang tidak otonom, terpisah dari keyakinan,dan kebebsan dalam berpikir. Tylor(1995) dua sisi politik liberal kewarganegaraan yaitu warga negara mendapatkan perlakuan yang sama dan warga negara berhak dalam pemerintahan. Liberal politik ini semakin kuat pada tahun 1990 dan mulai terlihat dalam pendidikan kewarganegaraan dan praktek negara. Lahirnya nilai – nilai kesopanan, menghargai pendapat orang lain, keterampialan pengetahuan mengukurperyataan dari orang lain. Pada tahun 1991 lahirnya konsep kemerdekaan, keterbukaan pikiran, menghormati hak orang lain, mengevaluai kinerja dikantor, dan terlibat dalam wacana publik.
Foundation national issuccs forum institute tahun 2003 menyelenggarakan forum tentang kebijakan plubik untuk sekolah dan masyarakat, berakar dari gagasan sedrhana tentang perlunya tentang masalah umum dengan cara yang sama terhadap pengenalan standar kurikulum yang mana ilmu sosial harus membantu dalam hal ini.

Liberalisme politik mengisyaratkan bahwa didalam pendidikan harus mencangkup hal-hal seperti pengetahuan tentang konstitusional dan hak-hak sipil. Teks liberal biasanya mencoba untuk menyeimbangkan pendidkan dan tanggung jawab dan kerjasama dengan pendidikan untuk mempromosikan hak-hak individu dan kelompok. Pengalaman pendidikan yang akan muncul dengan sendirinya dalam mengajarkan siswa tentang hak-hak mereka dan kemudian membantu mereka untuk memahami bahwa hak disertai dengan tanggungjawab. Fokus yang signifikan dalam wacana politik liberal pada pembelajaran nila-nilai dan keterampilan yang diperlukan untuk mengambil bagian dalam kehidupan politik beragama dan berbudaya. Dalam negara multikultural, sekolah harus terus menerus membuat dan menciptakan warga negara dan bangsa yang baik. Wacana liberal politik kewarganegaraan melihat sekolah umum sebagai tempat yang memiliki aturan dalam pembentukan warga negara yang demokratis.
Nilai-nilai normatif yang berkaitan dengan menghormati dan toleransi, serta keterampilan kognitif dan sosial. Kurikulum di ohio mencakup studi perlawanan sipil dan periode dalam sejarah dimana beberapa hak dibatasi oleh pemerintah seperti era McCarthy dan Scare merah dari 1950. Di california, siswa belajar tentang simbol AS, ikon, dan tradisi ditingkat pertama. Boyer (1990) mengatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan komunikasi dengan kekuatan dan ketepatan. Tahun 2001 isu pendidikan sosial berfokus pada respon pendidikan untuk perang, dan penekanan ditempatkan pada musyawarah dan berfikir kritis. Sebuah dorongan lebih lanjut untuk berpikir kritis ditemukan dalam sebuah artikel keterampilan berpendapat bahwa siswa perlu belajar untuk mempertanyakan dan menganalisis pesan media tentang terorisme dan perang. Pendidikan kewarganegaraan disekolah umum harus membantu untuk menumbuhkan loyalitas nasional dan cinta bangsa tanpa membahayakan komitmen liberal serta dasar kebebasan dan juga memiliki patriotrisme.




Ide patriotisme merupakan suatu ide yang fundamental yang harus dijaga dan dipelihara oleh warga masyakat, Webseii berpendapat patriotisme yaitu ide-ide dan prinsip-prinsip yang bukan berasal dari garis keturunan, tradisi atau pesona loyalitas melainkan dari rasa kesadaran dan empati terhadap bangsa dan Negara sehingga patriotisme menanamkan rasa loyalitas terhadap bangsa dan Negara dengan sangat tinggi. Kemudian replubikanisme sipil dan liberalisme politik memberikan kerangka ideologis yang kemudian membentuk pemikiran tentang kewarganegaraan dimana dalam prakteknya kewarganegaraan secara aktif diperaktekan dalam alam sipil secara keseluruhan.
Pada kontemporer kewarganegaraan banyak menyatakan tentang bagaimana kewarganegaraan dibentuk dalam pemikiran secara konstruksi, budaya menginterogasi bagaimana etnis, dan kelompok-kelompok budaya lainnya mempunyai peran dan identitas yang sangat penting seperti halnya identitas kewarganegaraan.
Dalam Negara demokrasi terdapat berbagai pandangan terutama menyangkut pengertian demokrasi, Demokrasi sering dihubungkan dengan hak gender, konsep patriaki diperlukan perubahan sampai cita-cita itu terwujud. Selama ini terjadi perbedaan antara masyarakat yang satu dengan lainnya dalam konsep kewarganegaraan. Sebelum lahirnya Negara demokrasi kebebasaan masyarakat sering didikte oleh pemerintah . Dalam berbagai pandangan terdapat bahwa demokrasi kurang demokrasi apabila hak-hak warganya kurang diperhatikan oleh pemerintah.
Oleh karena itu diperlukan pendidikan kewarganegaraan setiap warga Negara. Dalam bidang pendidikan kewarganegaraan sering dikaitkan dengan fakta dilapangan dimana setiap warga Negara harus netral dan kritis dalam memandang setiap permasalahan yang ada yang menyangkut berbagai permasalahan yang menyangkut permasalahan kewarganegaraan. Pada dasarnya  pendidikan kewarganegaraan pada masa sekarang lebih demokrasi karena terdapat berbagai hak yang harus diberikan kepada warga Negara.
Demokrasi  memberikan kesempatan terhadap masyarakat terutama dalam hal partisipasi masyarakat secara global. Masyarakat diberikan kesempatan untuk membuka lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat. Sebelum lahirnya Negara demokrasi  terdapat perbedaan yang nyata dimana terjadi dua tradisi yang berbeda satu sama lainnya.
Demokrasi di era kontemporer  The Power of Speed maksud nya adalah kecepatan menguasai safari, perebutan massa, kecepatan menguasai media.

















Landasan  filosofis  Pendidikan Kewarganegaraan

               Ada sedikit yang secara moral " netral " tentang pendidikan kewarganegaraan - upaya untuk melatih para generasi muda untuk menjadi warga negara yang baik dan untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat . Orang – orang yang telah memiliki pengetahuan  sejarah , kewarganegaraan , atau studi sosial , yang membimbing remaja dalam proyek pelayanan masyarakat , atau yang merekrut pemuda sebagai aktivis umumnya melakukan hal  untuk " alasan normatif karena nilai-nilai yang mereka pegang dan ingin berbagi dengan orang-orang yang lebih muda . Mereka berusaha untuk memberikan peahaman  nilai-nilai dan kebajikan untuk membantu generasi muda dalam  membangun dan mempertahankan masyarakat yang lebih baik mendekati cita-cita tersebut.
Demikian juga , kebanyakan sarjana yang mempelajari dan mengevaluasi pendidikan kewarganegaraan itu  karena prinsip-prinsip moral menuntut mereka sendiri . Mereka telah memilih untuk memberikan pelayanan  masyarakat atau ikut berorganisasi bukan hanya sekedar hubungan pembelajaran saja, karena sesuatu hal  tentang pendidikan kewarganegaraan sangat berharga bagi mereka . Namun mereka yang mempelajari dan mengevaluasi program pendidikan kewarganegaraan sering kali berdiam diri. Karena  mereka tidak yakin tentang nilai-nilai.

Alasan normatif  Pendidikan Kewarganegaraan
               orang yang dipandang sebagai  " warga negara yang baik " dapat dilakukan dalam berbagai cara : 
misalnya , sebagai masyarakat yang taat aturan  , sebagai kritikus yang  independen dari lembaga-lembaga 
politik , sebagai penyuara hak , dan sebagai pendukung keadilan sosial . Orang  yang berlatih atau yang
 mempelajari pendidikan kewarganegaraan , atau melakukan hal – hal diatas tersebut , memiliki pengaruh
 besar atas terhadap kaum muda, karena anak muda umumnya tidak memiliki pengalaman yang mereka 
dapat hanya pendidikan semata . Sebagai soal akuntabilitas atau hal yang dipertanggungjwabkan terhadap
 keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. 

 
   
 
Filosofis Perspektif - Utilitarianisme
 
filsafat moral dan politik kontemporer menyediakan sumber daya yang kaya dan beragam untuk 
berpikir tentang alasan untuk pendidikan kewarganegaraan tentang pemuda dan pembangunan. 
Salah satu titik awal adalah dengan bertanya bagaimana masing-masing sekolah saat filsafat moral 
akan menilai bentuk utama dari pendidikan kewarganegaraan . 
filsafat memberikan heuristik ( seni dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penemuan ) 
 berguna untuk memahami dasar moral pada pendidikan kewarganegaraan
 
Filsafat & Kebijakan Publik Triwulan
Merupakan salah satu  aliran utama dari penalaran moral modern konsekuensialis. 
 Hal yang menilai tindakan atau lembaga dengan
mengukur hasil yang bersih atau memiliki efek. Bentuknya terk