Kewarganegaraan dalam tradisi budaya barat diawali sejak
zaman yunani kuno dan romawi . kemudian merambah ke Negara Amerika serikat
dalam teori klasik yang dijelaskan oleh Alexis
de Tocquiville ( 1805 – 1859 ) Makna dari "kewarganegaraan,"
merupakan sebuah konsep
yang telah menginformasikan pemahaman
bangsa melalui praktek mengajar sejak pertama sekolah dilembagakan atau dengan istilah kata sejak
sekolah menjadi sebuah lembaga pendidikan. Artikel ini menyajikan konsep kerangka berfikir untuk wacana yang
membangun makna kewarganegaraan dalam
budaya kontemporer Barat,
khususnya Amerika Serikat. Dengan
menggunakan analisis wacana, penulis meneliti teks-teks yang berkaitan dengan
kewarganegaraan dan citizenship education dari 1990 sampai 2003. Dan kemudian mengidentifikasi tujuh kerangka berfikir yang berbeda. mengenai
makna kewarganegaraan. ‘’The sipil republikan" dan "liberal" sebuah kerangka kerja yang paling berpengaruh
dalam membentuk pendidikan
kewarganegaraan
saat ini. Orang – orang yang
paling aktif menentang praktek
tentang kewarganegaraan .di arena kehidupan politik transnasional dan kritis. Sebuah wacana yang belum berpengaruh secara signifikan menantang wacana dominan, mengenenai pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Artikel
ini mempertanyakan pendapat yang dituangkan dalam kehidupan demokrasi Barat yang dipromosikan oleh wacana
dominan tentang pendidikan kewarganegaraan di kurikulum K-12 sekolah.
Apa artinya
menjadi warga negara ? Istilah dari sebuah pertanyaan yang memiliki arti kompleks
dan berkembang.
Kita mulai dengan definisi yang
sederhana namun
komprehensif.
Kewarganegaraan disajikan
dalam beberapa bentuk contohnya :
a. memberikan
status keanggotaan untuk individu dalam unit politik
b. menganugerahkan
identitas pada individu
c. merupakan
seperangkat nilai-nilai, dan
biasanya
ditafsirkan sebagai komitmen untuk kebaikan
bersama dan kelompok politik tertentu
d. melibatkan ahli dalam peningkatan partisipasi
dalam proses kehidupan politik dan menggunakan
pengetahuan dan pemahaman tentang hukum. Sistem proses dan
tata kelola (Enslin,
2000).
Diderot dan d'Alembert pada tahun 1753
mendefinisikan Seorang warga negara adalah anggota dari komunitas politik yang menikmati
hak-hak dan mengasumsikan tugas keanggotaannya. Definisi ini berkenaan dengan variasi - variasi kecil, dalam karya-karya penulis kontemporer serta dalam
entri "citoyen". Hal
yang demikian itu juga menyebabkan adanya Perbedaan yang terjadi pada diskusi abad ke-18
dan perdebatan kontemporer yang signifikan. Yang membahas hubungan antara
konsep 'warga' dan 'subjek. seperti pendapat Hobbes yang menentang teori kontemporer dan sangat mendukung Aristoteles , hobbes
berpendapat bahwa pengertian tersebut dianggap kurang sentral. perdebatan
yang luas mengharuskan
masing – masing teori untuk memeriksa kembali konsep
– konsep pertama,yang harus sejalan
dengan kebutuhan untuk mengakui keragaman internal
demokrasi,
yang ditimbulkan oleh globalisasi di wilayah, negara berdaulat.
Kewarganegaraan, sejatinya secara teoritis memberikan hal – hal terhadap anggotanya diantaranya ialah : idientitas keanggotaan , nila- nilai , dan hak partisipasi dalam mengasumsikan pengetahuan politik.
Didalam teori klasik Pembahasan yang terfokus terhadap pengertian tentang "Kewarganegaraan dan Kelas Sosial" (195.011.998). Inggris Sosiologi
Kewarganegaraan, sejatinya secara teoritis memberikan hal – hal terhadap anggotanya diantaranya ialah : idientitas keanggotaan , nila- nilai , dan hak partisipasi dalam mengasumsikan pengetahuan politik.
Didalam teori klasik Pembahasan yang terfokus terhadap pengertian tentang "Kewarganegaraan dan Kelas Sosial" (195.011.998). Inggris Sosiologi
T. H. Marshall .Yang mengartikan pemahaman tentang pengertian kewarganegaraan
dalam masyarakat lebih dari
tiga abad. Warganegara
atau individu memiliki hak untuk
berbicara, beriman, yang kemudian lembaga Negara muncul sebagai
kekuatan di Inggris pada
abad ke-18.
ketika sistem politik
negara kapitalis melakukan perlindungan hak milik, persamaan di
depan hukum, dan kebebasan sipil (Katz, 2001). politik kewarganegaraan merupakan suatu hak untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan kekuasaan politik, sebagai bagian yang diinvestasikan dengan otoritas
politik atau sebagai pemilih. sebagi anggota warganegara dan masyarakat yang memiliki peran
didalamnya, seperti yang dikembangkan di
abad 19, ketika kelompok masyarakat
dibedakan, yaitu pengusaha sebagai kelas menengah dan pekerja sebagai kelas bawah. (Marshall, 1994)
Knigh
Abowitz & Harnixh
kewarganegaraan dalam pemahaman sosial muncul pertama kali pada abad ke-20 yang mencakup berbagai hak. Mulai dari hak kesejahteraan ekonomi dengan jumlah sedikit dan keamanan untuk jumlah banyak,untuk berbagi dengan penuh integrasi sosial dan menjalani kehidupan sebagai makhluk yang berkepribadian sesuai dengan standar yang berlaku di masyarakat.
(Marshall.
P. 94).Dalam notcs
Katz.
"Kewarganegaraan sosial mengambil bentuk sebagai negara kesejahteraan
(
halaman. 344). dengan tiga kategori kewarganegaraan,sipil, politik, dan sosial. baik kompleksitas maupun
sifat dinamis dari
makna kewarganegaraan.
yang kemudian terjadi perubahan politik setelah setengah abad lamanya dan kemudian jatuhnya komunisme, munculnya gerakan-gerakan populis yang memperluas hak-hak sosial bagi kelompok tertindas, pembentukan Uni Eropa. proliferasi aliansi transnasional, pertumbuhan multi perusahaan national, dan globalisasi ekonomi telah menyababkan perdebatan dan pemahaman poin-poiin yang lebih mendalam dalam pencarian arti tentang kewarganegaraan yang sebenarnya, demokrasi dan sekolah (Kymlicka & Norman, 1994).
yang kemudian terjadi perubahan politik setelah setengah abad lamanya dan kemudian jatuhnya komunisme, munculnya gerakan-gerakan populis yang memperluas hak-hak sosial bagi kelompok tertindas, pembentukan Uni Eropa. proliferasi aliansi transnasional, pertumbuhan multi perusahaan national, dan globalisasi ekonomi telah menyababkan perdebatan dan pemahaman poin-poiin yang lebih mendalam dalam pencarian arti tentang kewarganegaraan yang sebenarnya, demokrasi dan sekolah (Kymlicka & Norman, 1994).
Kemudian muncul Pertanyaan tentang
apa
itu warga negara yang baik dan pendidikan
kewarganegaraan yang tepat, juga telah dipicu oleh krisis secara luas dirasakan dalam
kehidupan kewarganegaraan dan berdemokrasi di Amerika. Yang kemudian Tumbuh ketidak percayaan dalam pemerintahan dan lembaga-lembaga penting
lainnya, berkurangnya kepercayaan sesama
warganegara
, mengikis kepentingan di dalam kehidupan masyarakat urusan – urusan publik, penurunan
tingkat semua suara telah didokumentasikan oleh para ilmuwan sosial di beberapa
dekade terakhir (Gaiston. 2003). Kami terus menyaksikan
pergeseran arti kewarganegaraan dalam
waktu ini. Peristiwa September II 2001, diskusi tentang Citizenship dan pendidikan kewarganegaraan. Ironinya
dari perdebatan saat itu justru terlihat meningkatnya rasa nasionalisme
warga Amerika, setelah peristiwa perang dunia Il, pertumbuhan
kesadaran perspektif transnasional dan kosmopolitan kewarganegaraan, yang telah meningkat
sejak akhir Perang Dunia II. ekspresi nasionalis, dan
ironisnya fenomena yang terjadi justru dikombinasikan dengan
hubungan global untuk individu
lain dan bangsa lainnya, yang mana telah lebih intensif dan rumit sehingga peran sekolah membentuk warga negara yang demokratis
menjadi lebih sulit.
Studi kami ini bertujuan untuk memetakan beberapa wacana kewarganegaraan yang beredar di demokrasi Barat kontemporer, khususnya Inggris. Melalui penelitian ini kami menggambarkan pola makna dari kontemporer, yang berkenaan dengan warganegara , dan mengungkapkan wacana yang muncul dalam bentuk pendidikan kewarganegaraan di sekolah. akhirnya sebuah dominasi dilanjutkan dengan wacana kewarganegaraan sipil republikalisme dan liberalisme di kurikulum K-l2 dan kebijakan teks.
Studi kami ini bertujuan untuk memetakan beberapa wacana kewarganegaraan yang beredar di demokrasi Barat kontemporer, khususnya Inggris. Melalui penelitian ini kami menggambarkan pola makna dari kontemporer, yang berkenaan dengan warganegara , dan mengungkapkan wacana yang muncul dalam bentuk pendidikan kewarganegaraan di sekolah. akhirnya sebuah dominasi dilanjutkan dengan wacana kewarganegaraan sipil republikalisme dan liberalisme di kurikulum K-l2 dan kebijakan teks.
Hal yang umum tentang dua wacana kewarganegaraan yang menonjol di sekolah
memungkiri arah
dinamis dan kompleks tentang makna kewarganegaraan yang baru-baru ini telah
dikembangkan dan sering bertentangan dengan wacana dominan
dalam hal ini kekuasaan sebelumnya. Gambaran
dari praktek dan teori kewarganegaraan di ruang
yang kritis dan transnasional, analisis kami pada
akhirnya memberikan kritik ringan dan sempit, pola pandangan hidup politik dalam demokrasi Barat yang
dipromosikan oleh wacana - wacana dominan, dalam kewarganegaraan di kurikulum K-12 sekolah.
Studi dan
Metode Ini
bertujuan Untuk melihat
lebih dekat tentang gagasan bahwa
kewarganegaraan bukanlah ide alami tapi konsep yang diciptakan sehinga menggeser perubahan ekonomi, politik, dan sosial. kita meneliti wacana yang membentuk makna kewarganegaraan. "Wacana"
digunakan di sini dalam pengertian sebagai badan peraturan dan praktik yang
mengatur makna di daerah tertentu. Sementara jumlah tinjauan yang baik dalam
sastra kewarganegaraan yang tersedia untuk pendidik,
tidak
hanya fokus tentang kewarganegaraan
sebagai praktik diskursif, pemahaman kewarganegaraan melalui kerangka diskursif dapat
memberikan pendidikan nilai (Foucaultian 1972)
Wacana kontemporer merupakan
alat yang mampu untuk mengkritisi menganalisa arti yang bervariasi dan sering bersaing dalam
agenda kepentingan yang membentuk teks pada kewarganegaraan.
Peninjauan
teori kontemporer lebih diterapkan teks yang berfokus pada kewarganegaraan atau pendidikan
kewarganegaraan, mengidentifikasi melalui ulasan ini sejumlah wacana yang
membentuk cara kita berbicara, berpikir, dan mengajarkan tentang kewarganegaraan.
teks kewarganegaraan seperti semua teks-teks lain dibentuk oleh kepentingan
politik dan visi tertentu demokrasi negara-bangsa harus
menganalisis wacana yang
memungkinkan kita untuk memahami bagaimana kepentingan tersebut mengungkapkan dan
membentuk makna dari kehidupan sipil dan pendidikan citizenship.
Wacana tidak hanya terdiri dari kata-kata dan pernyataan yang dipilih secara acak, setiap wacana adalah produk dari keadaan sejarah dan sosial yang menyediakan praktik- diskursif terminologi, nilai-nilai, gaya bahasa, kebiasaan, dan kebenaran-yang membangun ( lihat Chcrryholmcs, 1988, hlm. 2-3
Wacana tidak hanya terdiri dari kata-kata dan pernyataan yang dipilih secara acak, setiap wacana adalah produk dari keadaan sejarah dan sosial yang menyediakan praktik- diskursif terminologi, nilai-nilai, gaya bahasa, kebiasaan, dan kebenaran-yang membangun ( lihat Chcrryholmcs, 1988, hlm. 2-3
Wacana adalah cara
utama
menghasikan ideologi. dan ideologi
dikembangakan oleh sistem
kepercayaan yang membantu orang lain untuk memahami dan bertindak di dunia. "Ideologi
adalah kerangka berpikir dan perhitungan tentang dunia
'ide' yang
digunakan orang untuk mencari tahu bagaimana dunia sosial bekerja, tempat
mereka di dalamnya, dan apa yang harus mereka lakukan (Hall, 1986, p. 97)
secara khusus
ditentukan jenis kegiatan pengetahuan dan pembelajaran yang merupakan pendidikan kewarganegaraan dan kurikulum yang
dimaksudkan untuk mengajar siswa. Sebuah analisis tekstual dilakukan pada
karya-karya ini, dengan fokus khusus pada masing-masing aspek-aspek teks
berikut:
a.
klaim dan bukti
diteruskan oleh penulis
b. pilihan retoris
yang dibuat oleh penulis (kosakata, slogan, gaya)
c. nilai-nilai
moral dan politik yang dianjurkan oleh teks
d. konteks mana atau di mana teks diproduksi.
Jadi kami menguji
setiap teks dengan bertanya: Apa iklan penulis untuk mengungkapan yang
digunakan untuk identitas keanggotaan, identitas politik, nilai-nilai,
partisipasi, dan pengetahuan? Apa jenis
nilai-nilai pendidikan yang digunakan penulis ?
Setelah bekerja melalui analisis, kita identitas pola bagaimana kewarganegaraan
dikonseptualisasikan, pola yang bisa dilihat dari pergeseran bahasa yang
digunakan untuk menggambarkan kewarganegaraan, perbedaan klaim tentang apa
kewarganegaraan, dan perbedaan dalam nilai-nilai dikaitkan dengan
kewarganegaraan. Sementara cita-cita yang berbeda lebih khusus dan jelas
digambarkan dalam teks ilmiah yang kami pelajari, kami melihat mereka muncul
dalam teks-teks dan Pola yang pada akhirnya menjadi diidentifikasi sebagai
wacana kewarganegaraan yang berbeda. Tujuh wacana Citizenship muncul melalui penelitian yang Kami tinjau yang pertama mendominasi
wacana-sipil, republik dan liberal. Selanjutnya, kita membahas data THC yang kami
kumpulkan secara kritis , karena mereka menantang
wacana2 pilar sipil republik dan liberal dalam masyarakat
kita. Wacana kritis ditinjau di sini termasuk feminis, rekonstruksionis budaya
tradisonal. Dalam ulasan ini, kami
menggambarkan karakteristik luas masing-masing bidang dan bagaimana setiap
wacana diaktualisasikan atau dinyatakan dalam kurikulum sekolah. Kami
menganalisis pergeseran makna kontemporer kewarganegaraan dan pendidikan
kewarganegaraan di Amerika Serikat yang menyediakan pendidikan dengan panduan
untuk orientasi ideologi yang beragam
membentuk pemikiran kita tentang kehidupan sipil dan partisipasi politik.
Kami menarik dua kesimpulan umum dari ulasan ini. Kami
menemukan pergeseran Dominan dari gagasan kewarganegaraan kepada bidang
kontemporer yang baru muncul. Wacana republik dan liberal sipil terus
mendefinisikan dan kuat membentuk bagaimana masyarakat AS memahami
kewarganegaraan dan cara-cara di mana lembaga-lembaga masyarakat, seperti
sekolah, sehingga membentuk kewerganegaraan. Namun kami juga menemukan banyak
tantangan kuat untuk gagasan-gagasan dominan kewarganegaraan dan kehidupan
sipil, sosial, politik, dan ekonomi
Dalam seratus tahun terakhir, yang mana telah terinspirasi dalam bentuk-bentuk
baru. cita-cita kewarganegaraan dalam bentuk cabang rekontruksi budaya
feminisme. wacana kewarganegaraan telah mengembangkan
atau mempertahankan semangat sebagai akibat dari janji-janji yang tak terpenuhi
dari wacana republik , liberal sipil
untuk betuk baru lembaga sipil, identitas keanggotaan. Wacana ini lebih
penting juga harus disertai dengan cita-cita kuno kosmopolitanisme dan transnasionalisme, yang mengarah ke
makna baru dan bentuk praktek pendidikan kewarganegaraan. sebuah wacana
yang signifikan di abad ke-20 merupakan
tantangan cara-cara berpikir. Namun,
tantangannya jauh lebih kuat dalam buku ilmiah dalam kehidupan politik dari
dalam teks utama kurikulum yang kami review.
Review
teorinya terfokus pada teori teks dan kurikulum. Fokus teks pada :
a. Klaim
dan bukti
b. Pilihan
teoritis pada kosa kata, slogan dan gaya bahasa
c. Nilai
– nilai
moral dan politik
d. Konsteks
dimana teks diproduksi
Analisis
teks kewarganegaraan melalui pergeseran
bahasa yang digunakan dalam mengambarkan kewarganegaraan, perbedaan klaim
tentang kewarganegaraan, dan perbedaan dalam nilai – nilai kewarganegaraan.
Wacana kewarganegaraan melalui wacana dominasi sipil republik dan liberal.
Selanjutnya terjadi penetangan terhadap wacana sipil republik dan liberal
karena ditinjau dari sisi feminisme, pembangunan budaya tradisional.
Wacana baru pada abad
ke 20 merupakan tantatangan cara – cara berpikir dari aktifis, pemikir politik
dan masyarakat.kritik dari fundamentalis terhadap makna kewarganegaraan dan
bangsa, sehingga melahirkan pertanyaan dasar tentang identitas anggota (sebagai
siapa dalam negara), hak milik, lokasi dan batas – batas negara. Sehingga sikap
kritis dari aktifis, pemikir politik, dan masyarakat melahirkan demokrasi
Wacana kontemporel
kewarganegaraan mendeteksi konflik antara cita – cita politik dan keyakinan
moral dan agama. politik leberalisme juga fokus pada otoritas moral dan budaya
keluarga dalam posisi yang benar dalam memahami keberagaman. Selain itu dalam
wacana politik liberal membutuhkan identitas yang tidak otonom, terpisah dari
keyakinan,dan kebebsan dalam berpikir. Tylor(1995) dua sisi politik liberal
kewarganegaraan yaitu warga negara mendapatkan perlakuan yang sama dan warga
negara berhak dalam pemerintahan. Liberal politik ini semakin kuat pada tahun
1990 dan mulai terlihat dalam pendidikan kewarganegaraan dan praktek negara.
Lahirnya nilai – nilai kesopanan, menghargai pendapat orang lain, keterampialan
pengetahuan mengukurperyataan dari orang lain. Pada tahun 1991 lahirnya konsep
kemerdekaan, keterbukaan pikiran, menghormati hak orang lain, mengevaluai
kinerja dikantor, dan terlibat dalam wacana publik.
Foundation
national issuccs forum institute tahun 2003
menyelenggarakan forum tentang kebijakan plubik untuk sekolah dan masyarakat,
berakar dari gagasan sedrhana tentang perlunya tentang masalah umum dengan cara
yang sama terhadap pengenalan standar kurikulum yang mana ilmu sosial harus
membantu dalam hal ini.
Liberalisme
politik mengisyaratkan bahwa didalam pendidikan
harus mencangkup hal-hal seperti pengetahuan tentang konstitusional dan hak-hak
sipil. Teks liberal biasanya mencoba untuk menyeimbangkan pendidkan dan
tanggung jawab dan kerjasama dengan pendidikan untuk mempromosikan hak-hak
individu dan kelompok. Pengalaman pendidikan yang akan muncul dengan sendirinya
dalam mengajarkan siswa tentang hak-hak mereka dan kemudian membantu mereka
untuk memahami bahwa hak disertai dengan tanggungjawab. Fokus yang signifikan dalam
wacana politik liberal pada pembelajaran nila-nilai dan keterampilan yang
diperlukan untuk mengambil bagian dalam kehidupan politik beragama dan
berbudaya. Dalam negara multikultural, sekolah harus terus menerus membuat dan
menciptakan warga negara dan bangsa yang baik. Wacana liberal politik
kewarganegaraan melihat sekolah umum sebagai tempat yang memiliki aturan dalam
pembentukan warga negara yang demokratis.
Nilai-nilai normatif
yang berkaitan dengan menghormati dan toleransi, serta keterampilan kognitif
dan sosial. Kurikulum di ohio mencakup studi perlawanan sipil dan periode dalam
sejarah dimana beberapa hak dibatasi oleh pemerintah seperti era McCarthy dan
Scare merah dari 1950. Di california, siswa belajar tentang simbol AS, ikon,
dan tradisi ditingkat pertama. Boyer (1990) mengatakan bahwa pendidikan
kewarganegaraan mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan komunikasi dengan
kekuatan dan ketepatan. Tahun 2001 isu pendidikan sosial berfokus pada respon
pendidikan untuk perang, dan penekanan ditempatkan pada musyawarah dan berfikir
kritis. Sebuah dorongan lebih lanjut untuk berpikir kritis ditemukan dalam
sebuah artikel keterampilan berpendapat bahwa siswa perlu belajar untuk
mempertanyakan dan menganalisis pesan media tentang terorisme dan perang.
Pendidikan kewarganegaraan disekolah umum harus membantu untuk menumbuhkan
loyalitas nasional dan cinta bangsa tanpa membahayakan komitmen liberal serta
dasar kebebasan dan juga memiliki patriotrisme.
Ide patriotisme
merupakan suatu ide yang fundamental yang harus dijaga dan dipelihara oleh
warga masyakat, Webseii berpendapat patriotisme yaitu ide-ide dan
prinsip-prinsip yang bukan berasal dari garis keturunan, tradisi atau pesona
loyalitas melainkan dari rasa kesadaran dan empati terhadap bangsa dan Negara
sehingga patriotisme menanamkan rasa loyalitas terhadap bangsa dan Negara
dengan sangat tinggi. Kemudian replubikanisme sipil dan liberalisme politik
memberikan kerangka ideologis yang kemudian membentuk pemikiran tentang
kewarganegaraan dimana dalam prakteknya kewarganegaraan secara aktif
diperaktekan dalam alam sipil secara keseluruhan.
Pada kontemporer
kewarganegaraan banyak menyatakan tentang bagaimana kewarganegaraan dibentuk
dalam pemikiran secara konstruksi, budaya menginterogasi bagaimana etnis, dan
kelompok-kelompok budaya lainnya mempunyai peran dan identitas yang sangat
penting seperti halnya identitas kewarganegaraan.
Dalam Negara demokrasi
terdapat berbagai pandangan terutama menyangkut pengertian demokrasi, Demokrasi
sering dihubungkan dengan hak gender, konsep patriaki diperlukan perubahan
sampai cita-cita itu terwujud. Selama ini terjadi perbedaan antara masyarakat
yang satu dengan lainnya dalam konsep kewarganegaraan. Sebelum lahirnya Negara
demokrasi kebebasaan masyarakat sering didikte oleh pemerintah . Dalam berbagai
pandangan terdapat bahwa demokrasi kurang demokrasi apabila hak-hak warganya
kurang diperhatikan oleh pemerintah.
Oleh karena itu
diperlukan pendidikan kewarganegaraan setiap warga Negara. Dalam bidang
pendidikan kewarganegaraan sering dikaitkan dengan fakta dilapangan dimana
setiap warga Negara harus netral dan kritis dalam memandang setiap permasalahan
yang ada yang menyangkut berbagai permasalahan yang menyangkut permasalahan
kewarganegaraan. Pada dasarnya pendidikan kewarganegaraan pada masa sekarang
lebih demokrasi karena terdapat berbagai hak yang harus diberikan kepada warga
Negara.
Demokrasi memberikan kesempatan terhadap masyarakat
terutama dalam hal partisipasi masyarakat secara global. Masyarakat diberikan
kesempatan untuk membuka lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat.
Sebelum lahirnya Negara demokrasi terdapat perbedaan yang nyata dimana terjadi
dua tradisi yang berbeda satu sama lainnya.
Demokrasi di era kontemporer The
Power of Speed maksud nya adalah kecepatan menguasai safari, perebutan
massa, kecepatan menguasai media.
Landasan filosofis Pendidikan Kewarganegaraan
Ada sedikit yang secara moral
" netral " tentang pendidikan kewarganegaraan - upaya untuk melatih
para generasi muda untuk menjadi warga negara yang baik dan untuk terlibat
dalam kehidupan bermasyarakat . Orang – orang yang telah memiliki pengetahuan sejarah , kewarganegaraan , atau studi sosial
, yang membimbing remaja dalam proyek pelayanan masyarakat , atau yang merekrut
pemuda sebagai aktivis umumnya melakukan hal
untuk " alasan normatif karena nilai-nilai yang mereka pegang dan
ingin berbagi dengan orang-orang yang lebih muda . Mereka berusaha untuk
memberikan peahaman nilai-nilai dan kebajikan
untuk membantu generasi muda dalam membangun dan mempertahankan masyarakat yang
lebih baik mendekati cita-cita tersebut.
Demikian
juga , kebanyakan sarjana yang mempelajari dan mengevaluasi pendidikan kewarganegaraan
itu karena prinsip-prinsip moral
menuntut mereka sendiri . Mereka telah memilih untuk memberikan pelayanan masyarakat atau ikut berorganisasi bukan hanya
sekedar hubungan pembelajaran saja, karena sesuatu hal tentang pendidikan kewarganegaraan sangat
berharga bagi mereka . Namun mereka yang mempelajari dan mengevaluasi program
pendidikan kewarganegaraan sering kali berdiam diri. Karena mereka tidak yakin tentang nilai-nilai.
Alasan normatif Pendidikan Kewarganegaraan
orang yang dipandang sebagai " warga negara yang baik " dapat dilakukan dalam berbagai cara :
misalnya , sebagai masyarakat yang taat aturan , sebagai kritikus yang independen dari lembaga-lembaga
politik , sebagai penyuara hak , dan sebagai pendukung keadilan sosial . Orang yang berlatih atau yang
mempelajari pendidikan kewarganegaraan , atau melakukan hal – hal diatas tersebut , memiliki pengaruh
besar atas terhadap kaum muda, karena anak muda umumnya tidak memiliki pengalaman yang mereka
dapat hanya pendidikan semata . Sebagai soal akuntabilitas atau hal yang dipertanggungjwabkan terhadap
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Filosofis Perspektif - Utilitarianisme
filsafat moral dan politik kontemporer menyediakan sumber daya yang kaya dan beragam untuk
berpikir tentang alasan untuk pendidikan kewarganegaraan tentang pemuda dan pembangunan.
Salah satu titik awal adalah dengan bertanya bagaimana masing-masing sekolah saat filsafat moral
akan menilai bentuk utama dari pendidikan kewarganegaraan .
filsafat memberikan heuristik ( seni dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penemuan )
berguna untuk memahami dasar moral pada pendidikan kewarganegaraan
Filsafat & Kebijakan Publik Triwulan
Merupakan salah satu aliran utama dari penalaran moral modern konsekuensialis.
Hal yang menilai tindakan atau lembaga dengan
mengukur hasil yang bersih atau memiliki efek. Bentuknya terkemuka konsekuensialisme adalah utilitarianisme,
yang menganggap bahwa konsekuensi yang penting
adalah ukuran kesejahteraan manusia. Kesejahteraan pada gilirannya dapat didefinisikan dalam hal kepuasan
subjektif atau kebahagiaan, indikator objektif, seperti harapan hidup, atau kemampuan untuk memuaskan
preferensi. Utilitarianisme telah memiliki pengaruh yang sangat besar pada ekonomi kesejahteraan dan lebih
umum dalam ilmu-ilmu sosial. Ini adalah doktrin etis yang menuntut dan mengharuskan kita melakukan
apapun yang untuk memaksimalkan kesejahteraan . Jika serius, itu akan memerlukan perubahan dalam
kebijakan sosial, termasuk (kemungkinan besar) peningkatan besar dalam investasi pendidikan.
Sebuah utilitarian mungkin mendukung program pendidikan kewarganegaraan karena mereka telah
ditemukan untuk meningkatkan kesejahteraan siswa. Misalnya, Program Peluang Quantum (QOP),
yang didanai oleh pemerintah federal dan Ford Foundation, terdaftar ribuan remaja
di banyak negara antara 1995 dan 2001, menawarkan peserta mentoring, bimbingan belajar,
beberapa bantuan keuangan, dan pelayanan masyarakat peluang yang juga terlibat analisis isu-isu sosial
dan masalah. Evaluasi menggunakan desain eksperimental benar menemukan bahwa untuk
sekitar $ 2.500 per tahun selama empat tahun, QOP mampu mengurangi hingga 8 persen kemungkinan
bahwa seorang siswa akan putus sekolah tinggi, dibandingkan dengan 44 persen untuk kelompok kontrol.
Untuk utilitarian, biaya program ini akan menjadi kerugian (karena harus membayar pajak yang
memungkinkan mungkin mengurangi kesejahteraan para pembayar pajak); tapi manfaat sosial mungkin
lebih besar daripada biaya. Orang yang menyelesaikan sekolah tinggi umumnya lebih baik, ekonomis dan
dengan cara lain, daripada mereka yang tidak. Mereka juga memberikan kontribusi lebih terhadap
perekonomian, sehingga meningkatkan kesejahteraan orang lain. Memang, evaluator memperkirakan
manfaat sosial QOP pada $ 39.037 per siswa, dan keuntungan bersih (yaitu, manfaat dikurangi biaya)
di $ 28.427. "Latihan ini," mereka menyimpulkan, "menunjukkan bahwa QOP akan membayar dividen besar.
" Pembacaan utilitarian laporan ini akan menyimpulkan bahwa program seperti QOP yang imperatif moral,
kecuali beberapa pendekatan lain ternyata menjadi lebih efektif. Utilitarianisme juga mendukung argumen
terpisah untuk pendidikan politik yang efektif dan adil. Jeremy Bentham, utilitarian pertama menegaskan
bahwa representative democracy adalah bentuk pemerintahan yang terbaik akan mempromosikan
kesejahteraan. pemerintah demokratis yang paling mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
asli dan mengalokasikan sumber daya secara efisien. demokrasi kita yang sebenarnya, bagaimanapun,
ditandai dengan partisipasi yang sangat tidak merata dan tidak merespon sama untuk kebutuhan semua
orang. Dalam rangka mencapai representasi yang lebih adil, kita perlu membantu generasi muda untuk
mengembangkan keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, dan motivasi yang akan meningkatkan partisipasi
mereka dalam kehidupan sipil dan politik. Anak Voting USA adalah sebuah organisasi nirlaba yang
menyediakan kurikulum, bahan, dan pengembangan profesional untuk siswa SMA di ratusan kabupaten
di seluruh bangsa. Pengalaman yang berpuncak siswa adalah pemilihan mock dimodelkan pada pemilu
resmi di distrik mana mereka terdaftar, tetapi ada juga diskusi intensif dan proyek-proyek kelas yang
berhubungan dengan pemerintah dan saat ini isu-isu lokal. Evaluasi oleh
Patrick C. Meirick dan Daniel B. Wackman menemukan bahwa program
peningkatan pengetahuan siswa tentang politik (diukur dengan pertanyaan faktual saat ini, seperti
"Siapa gubernur Texas?"), Mengurangi kesenjangan dalam pengetahuan antara yang paling dan
setidaknya siswa berpengetahuan, dan meningkatkan konsistensi antara isu opinionson siswa dan
perilaku pemilih mereka.
Evaluator mengutip bukti bahwa pengetahuan tentang peristiwa politik saat ini adalah prekursor voting.
Voting adalah sumber daya tetapi tidak merata. Anak Voting USA "bekerja" sejauh itu berkurang
ketimpangan politik dengan meningkatkan pengetahuan politik yang dapat digunakan dan mengurangi
kesenjangan antara kelas-kelas sosial dalam jumlah pengetahuan politik. Alasan yang mendasari untuk
tujuan yang mungkin utilitarian, sejak pemerintahan yang merespon sama untuk semua anggota harus
memaksimalkan kesejahteraan agregat. Utilitarianisme tidak memberikan alasan langsung untuk melindungi
otonomi individu atau kebebasan memilih. Utilitarian akan mendukung program-program yang meningkatkan
kesejahteraan sosial (termasuk pendidikan kewarganegaraan) bahkan jika pemuda tidak ingin mendaftarkan
diri. Kebanyakan orang Amerika memiliki intuisi utilitarian terhadap remaja: kita sering bersedia untuk
menimpa otonomi atau kebebasan generasi muda dapat mempromosikan kesejahteraan mereka.
Namun kita mungkin mempertanyakan siapa yang memiliki kekuasaan dan tanggung jawab dan
apa yang membatasi apa yang harus mereka hormati.
Filosofis Perspektif Kantianisme
Tidak sama seperti utilitarianisme, Kantianisme menempatkan otonomi di pusat.
Kant berpendapat
bahwa kita memiliki dua tugas pokok yaitu untuk mengembangkan otonomi rasional kita sendiri,
dan untuk membantu orang lain mengembangkan dan mengejar tujuan yang
mereka pilih sendiri. Ukuran dari suatu tindakan tidak ada konsekuensinya, tapi kualitas kebebasan
jenis manusia yang teletak di belakangnya. Untuk menjadi otonom, tujuan harus dipilih secara bebas
, tetapi juga harus rasional (yaitu, diperiksa, koheren, dan mampu justifikasi publik). Sebuah Kantian
tidak akan khawatir tentang dampak dari program sipil pada ukuran objektif kesejahteraan, seperti
tingkat kelulusan. Namun, Kant mungkin akan terkesan dengan program atau peluang yang tampaknya
meningkatkan otonomi peserta mereka. Program akan tampak sangat menjanjikan untuk Kantian jika
mereka mendorong para generasi muda untuk merenungkan masalah-masalah moral dan pilihan, bentuk
dan mempertahankan pendapat mereka sendiri, dan bertindak sesuai aturan. semacam ini refleksi moral
akan membuat tindakan siswa lebih mandiri dan lebih bebas memilih mana informasi yang lebih baik.
Just Community (JC) pendekatan pendidikan kewarganegaraan dan moral yang merupakan contoh yang
baik. Pendekatan ini dimulai ketika psikolog Lawrence Kohlberg dan rekan membantu beberapa sekolah
untuk melaksanakan pertemuan masyarakat biasa yang akan membuat keputusan hampir semua penting
setelah diskusi moral yang eksplisit, menggunakan proses demokrasi (misalnya, satu orang, satu suara;
diskusi terbuka dan perdebatan). Seperti pemerintahan sendiri mengembangkan siswa (dan guru) otonomi,
penalaran moral yang kritis, dan kepemimpinan serta rasa keanggotaan kelompok, ikatan kasih sayang,
dan tanggung jawab. norma aspiratif sekolah dan nilai-nilai menjadi diwujudkan dalam aturan dan sanksi
dan nilai intrinsik dari masyarakat. Di sekolah-sekolah JC, penalaran moral siswa secara signifikan lebih
tinggi setelah dua sampai tiga tahun relatif terhadap siswa dalam kelompok yang sebanding.
Untuk melanjutkan dengan contoh yang sama, Community Hanya fokus pada pemerintahan sendiri,
di tingkat masyarakat mengarah ke pemerintahan sendiri atau otonomi di tingkat individu,
yang diterjemahkan ke dalam kehadiran di sekolah, partisipasi kelas, dan prestasi akademik.
Efek pada kinerja akademik akan menyerang utilitarian sebagai argumen yang kuat untuk JC; untuk Kantian,
mereka peduli hanya sejauh sukses di sekolah menyiratkan kontrol diri yang lebih besar dan pemberdayaan
diri dalam arti otonomi atau rasa agen gratis bagi siswa. Kedua Kantianis dan utilitarian memiliki alasan untuk
mendukung program-program seperti QOP dan Komunitas Just (dengan asumsi bahwa evaluasi dikutip
di atas adalah akurat). Namun, alasan mereka sangat berbeda, dan perbedaan ini penting ketika
kita menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti apakah mandat KKN, apakah pemuda harus
selalu memimpin proyek pelayanan mereka sendiri, atau apakah untuk menghitung kesejahteraan
ekonomi sebagai hasil positif dari layanan dan sehingga merancang program dengan hasil ini atau
bahkan insentif ini dalam pikiran. Utilitarianisme dan Kantianisme mungkin bertemu dalam pilihan
program pendidikan kewarganegaraan, tetapi mereka akan sering menyarankan cara yang berbeda
menerapkannya.
filosofis Perspectives
Civic Republikanisme dan komunitarianisme Civic republikanisme menawarkan sebuah sekolah
yang relevan ketiga filsafat moral kontemporer. ide intinya adalah bahwa partisipasi masyarakat
(berunding, berkolaborasi, relawan, advokasi, dan voting). Civic melihat peluang sipil untuk orang-orang
muda sebagai intrinsik berharga, terlepas dari hasil mereka pada masyarakat atau bahkan pada orang-orang.
Misalnya, proyek pelayanan satu waktu tidak mungkin untuk meningkatkan setiap hasil jangka panjang;
sehingga memiliki daya tarik yang lemah untuk utilitarian. Tapi republiken sipil bisa berpendapat bahwa
sekolah dan perguruan tinggi dengan masyarakat yang baik, sejauh mereka menawarkan peluang untuk
kolaborasi dan layanan. Republiken. Civic bisa berpendapat, lebih jauh, bahwa para generasi muda harus
terkena kepuasan partisipasi sehingga mereka dapat memilih untuk terlibat ketika mereka dewasa.
Mereka akan mengusulkan, bagaimanapun, bahwa bahkan satu-waktu proyek pelayanan yang berharga
dalam diri mereka sendiri atau untuk kepentingan mereka sendiri. Sebuah sekolah keempat filsafat moral
kontemporer, komunitarianisme, mengacu pada pada tulisan
David Hume (1711-1776), GWF Hegel (1770-1831),
dan sumber klasik lainnya untuk berpendapat bahwa tugas kita tidak abstrak dan umum,
tetapi berasal dari kami
koneksi tertentu dan kontingen ke sesama anggota komunitas dan keluarga kita sendiri, dengan siapa kita
kebetulan memiliki sejarah umum. Ketika kita
menyangkal obligasi ini dalam nama utilitas atau otonomi, menurut komunitarian, kita menjauhkan diri dari
bahan dasar kehidupan yang baik. Jika seseorang mengambil pendekatan ini, satu mungkin menekankan
partisipasi masyarakat dalam kelompok atau "identitas" yang masing-masing siswa sudah menjadi milik
daripada masyarakat atau pemerintahan dipertimbangkan dalam abstrak atau secara keseluruhan lebih besar.
Perspektif filosofis Pragmatisme
John Dewey, seorang filsuf Amerika yang menulis dan sangat dipengaruhi filsafat pendidikan selama abad ke-20, mengembangkan teori pragmatis pendidikan. Dewey menegaskan bahwa tidak ada prinsip-prinsip umum (tidak ada proposisi universal ) yang bisa membedakan hanya lembaga dari yang tidak adil. Sifat dari masyarakat yang baik adalah sesuatu hal yang kritis dan eksperimen ditentukan. Setiap upaya untuk mengidentifikasi dan menerapkan kriteria independen , menurut Dewey filsafat selalu "intrinsik" terhubung dengan "sejarah sosial." Skeptisisme Dewey atau relativisme historis tampaknya akan membatalkan perbedaan normatif, tetapi ia mencoba untuk membangun sebuah cita-cita positif keluar dari beberapa komitmen sederhana. Salah satu komitmen untuk belajar sendiri: sebuah masyarakat yang baik terus mengunjungi kembali dan mengubah komitmen normatif. Yang kedua adalah pengalaman: satu-satunya cara untuk belajar adalah untuk mencoba hal-hal di dunia nyata. Dan yang ketiga adalah musyawarah belajar bekerja dengan baik ketika orang-orang dari latar belakang yang berbeda membahas, rencana, dan pengalaman bersama-sama. Oleh karena itu, dalam pandangan Dewey, lembaga-lembaga demokrasi seperti suara populer, suara mayoritas dan sebagainya berharga hanya karena "sampai batas tertentu mereka melibatkan konsultasi dan diskusi yang mengungkap kebutuhan sosial dan masalah. Semua kelompok (bahkan konspirasi kriminal) mempromosikan beberapa diskusi internal, tetapi beberapa kelompok yang lebih baik daripada yang lain. Kriteria untuk menilai kelompok adalah bukan apakah itu mendukung prinsip-prinsip yang benar (tidak ada hal-hal tersebut dapat diidentifikasi), tetapi apakah keanggotaannya beragam dan terbuka. Dua pertanyaan untuk digunakan dalam mengevaluasi suatu kelompok adalah: "Bagaimana banyak dan beragam adalah kepentingan yang sadar bersama?" Dan "Bagaimana penuh dan bebas adalah interaksi dengan bentuk-bentuk asosiasi?
Kriteria ini
dapat diterapkan untuk sekolah-sekolah sebagai komunitas. pragmatis Deweyan memahami
mereka sebagai lembaga di mana orang (termasuk anak muda)membuat-bukan
menemukan-nilai moral. Kita dapat menilai
sekolah secara moral tidak dengan menanyakan apakah mereka telah mencapai
kesimpulan yang benar tentang hal-hal seperti hak dan kewajiban, tetapi apakah
diskusi mereka beragam,
terbuka, dan pengalaman. The Deweyan pembenaran untuk kegiatan seperti KKN
sangat mudah, selama "belajar"
Aspek yang kuat dan peserta yang beragam. The Hanya
Community adalah contoh sadar diri dibuat terbuka, beragam, komunitas belajar
demokrasi didasarkan pada ini yang ideal Deweyan. JC teori pendidikan sebagai pengembangan mencampur penekanan Kantian
tentang otonomi dan penalaran moral
kritis dengan praktek yang sebenarnya membangun komunitas pemerintahan sendiri.
Perspektif filosofis –
Kemampuan Pendekatan Seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak filsuf
yang sebenarnya menarik pada lebih dari satu tradisi dalam mengembangkan
pandangan mereka. Sebuah contoh penting
dan relevan adalah " kemampuan
Pendekatan, "yang dikemukakan oleh
Amartya Sen dan Martha Nussbaum. Sen dan Nussbaum berbagi intuisi Kantian otonomi
yang merupakan nilai manusia yang penting. Mereka mengkritik langkah-langkah
tujuan kesejahteraan sosial, karena manusia
bebas mungkin cukup memilih untuk tidak mengejar hasil ini. Sebagai contoh,
beberapa komunitas berkomitmen untuk agama dan bukan kemakmuran. Itu Fakta bahwa biarawan tidak makan makanan
yang mewah tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki kesejahteraan. Demikian
juga, seorang individu dapat memilih kesulitan untuk menjadi lebih dekat dengan
alam dunia atau diri sejati nya. Di sisi lain, Sen dan Nussbaum menolak Gagasan
bahwa otonomi adalah hanya masalah pilihan bebas. Pertama-tama, beberapa pilihan yang sebenarnya merugikan
kepentingan sejati.
Individu yang menggunakan narkotika dan zat adiktif merupaka sebuah contoh. pilihan lain
mencerminkan arti sempit apa yang mungkin, dibatasi oleh kebiasaan atau budaya. Selain itu, sesorang perlu melihat
lebih jauh sebelum mereka benar-benar otonom: misalnya, pendidikan, hak-hak
hukum, dan rasa harga diri. Oleh
karena itu, Sen dan Nussbaum merekomendasikan kemampuan sebagai kriteria
keadilan sosial. Dalam masyarakat yang baik, setiap orang memiliki kemampuan
inti tertentu, seperti kerja, bermain, membesarkan anak-anak, berpartisipasi
dalam politik, dan menghargai alam dan seni. kemampuan ini dapat dinyatakan
dalam berbagai cara atau bahkan yang hilang,
tergantung pada pilihan bebas dari individu. Untuk
Misalnya, jika saya memiliki kemampuan untuk membesarkan anak-anak tetapi memilih untuk tidak bertindak di
atasnya, tidak ada ketidakadilan. Dalam Sen
terminologi, saya mungkin memiliki "kemampuan" tapi tidak "Berfungsi"
dari orang tua. Keadilan diukur dengan jumlah obyektif dan distribusi kemampuan,
tida functionings. Kemampuan Pendekatan akan mendukung tertentu bentuk pemuda keterlibatan sipil, karena beberapa alasan.Pemuda
sendiri akan mengembangkan satu tertentu
kemampuan, yaitu, partisipasi politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar